Berbagai malapetaka yang telah mengancam kehidupan beragam hayati akibat ketidakpastian iklim mengakibatkan dunia berkomitmen bersama melakukan transisi menuju bebas emisi. Nyatanya, kebutuhan pembangkit listrik untuk industri dan rumah yang semakin tinggi menunjukkan ketergantungan manusia terhadap bahan bakar fosil masih tinggi dan diperkirakan International Energy Agency (IEA) memuncak pada 2030.
Situasi ini mengindikasikan bahwa dunia masih kesulitan meninggalkan bahan bakar fosil, termasuk batu bara.
Permintaan bahan bakar fosil dunia yang semakin tinggi dan terus meningkat terjadi seiring banyaknya kendaraan listrik. Bahkan, IEA juga menyatakan perlambatan ekonomi China dan beralihnya dunia ke energi ramah lingkungan menjadikan permintaan bahan bakar fosil belum menunjukkan puncaknya.
Peningkatan Permintaan Bahan Bakar Fosil Akibat EV
Penggunaan kendaraan listrik menunjukkan pertumbuhan pesat akibat kesadaran masyarakat untuk mengurangi tingkat polusi. Melansir EV Volumes, penjualan kendaraan yang telah mengandung unsur baterai mengalami peningkatan 108% pada 2021 atau telah berkontribusi 8,3% dari total penjualan global.
Peningkatan penjualan kendaraan listrik memungkinkan adanya lonjakan permintaan energi sebagai sumber tenaga kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Peningkatan permintaan dadakan ini mendorong penyedia energi untuk mampu memenuhi kebutuhan secara cepat.
Salah satu pilihan yang telah teruji dan efisien untuk menghasilkan listrik yang terjangkau dan cepat melalui penggunaan bahan bakar fosil, seperti batu bara dan gas. Pasalnya, sumber energi ini telah menjadi pilihan selama lebih dari seabad yang lalu.
Data menunjukkan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dengan kapasitas besar juga terus dikembangkan di berbagai negara. Berikut data pembangkit listrik baru di seluruh dunia dengan kapasitas mega power.
4500 MW Shenhua Ningxia coal-fired power plant in China
4000 MW Matarbari coal-fired power plant in Bangladesh
3800 MW Tanjung Jati B power plant in Indonesia
3600 MW Singrauli Ultra Mega Power Project in India
3400 MW Cilincing power plant in Indonesia
3200 MW Khulna coal-fired power plant in Bangladesh
Bertambahnya pembangkit berbasis bahan bakar fosil baru memungkinkan adanya peningkatan konsumsi, sehingga ini menjadi indikasi dunia belum dapat menghilangkan ketergantungan bahan bakar fosil.
Perlambatan Ekonomi China
Data ekonomi China belum juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat. Sebagaimana diketahui, China telah lama menjadi mesin pertumbuhan global. Perlambatan ekonomi China memungkinkan permintaan energi yang belum maksimal, mengingat negeri ini merupakan konsumen energi terbesar global.
Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2023 menjadi 5% dari 5,2%. Dengan krisis properti yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menghambat aktivitas ekonomi dan membebani kepercayaan rumah tangga, IMF juga memangkas perkiraan tahun 2024 menjadi 4,2% dari 4,5%.
Kuartal ketiga tahun ini ekonomi China tidak mampu mencatatkan pertumbuhan di atas 5%. Krisis sektor real estate dan sulitnya pemulihan pasca lockdown pandemi turut menjadi penyebab terbatasnya pertumbuhan.
Ekonomi China yang melambat saat ini memungkinkan penggunaan pembangkit listrik yang belum optimal. Raksasa ekonomi ini mampu mencatatkan pertumbuhan pesat selama pra-pandemi atau sebelum 2020 dengan kenaikan di atas 6%.
Semakin kencang pertumbuhan ekonomi memungkinkan laju industri yang juga mengalami kenaikan. Industri yang membaik akan mendorong permintaan energi yang semakin tinggi, sehingga terdapat peningkatan kebutuhan pembangkit listrik.
China diketahui telah melakukan penambahan pembangkit energi baru terbaru secara signifikan, namun negara ini juga masih tercatat sebagai konsumen batu bara terbesar dunia. Tingginya konsumsi China memiliki selisih yang cukup jauh dibandingkan posisi ke-2. Bahkan, China mengonsumsi sebesar 55% dari tingkat dunia, melansir Statista
Pemulihan perekonomian China ke depan memungkinkan lonjakan kebutuhan bahan bakar fosil. Pasalnya, rebound ekonomi China akan menyebabkan adanya kebutuhan energi baru secara cepat yang akan membutuhkan bahan bakar fosil sebab pengembangan EBT memerlukan waktu. Dengan demikian, perlambatan ekonomi China ini menandakan permintaan energi masih terhambat dan memungkinkan konsumsi bahan bakar fosil semakin tinggi ke depan.
Transisi Menuju Energi Bersih
IEA memperkirakan akan ada 10 kali lebih banyak mobil listrik yang beredar di seluruh dunia pada 2030, dan IEA menyebutkan bahwa kebijakan yang mendukung energi ramah lingkungan di pasar-pasar utama membebani permintaan bahan bakar fosil di masa depan.
Misalnya, IEA kini memperkirakan 50% registrasi mobil baru di AS akan menggunakan kendaraan listrik pada 2030, naik dari proyeksi dua tahun lalu sebesar 12%, yang sebagian besar merupakan dampak dari Undang-Undang Pengurangan Inflasi AS.
IEA juga melihat peran Tiongkok sebagai sumber utama pertumbuhan permintaan energi berubah.
IEA mengatakan kunci transisi yang teratur adalah meningkatkan investasi di semua aspek menuju energi bersih, bukan pada bahan bakar fosil. “Berakhirnya era pertumbuhan bahan bakar fosil tidak berarti berakhirnya investasi bahan bakar fosil, namun melemahkan alasan peningkatan belanja,” kata laporan IEA.
Sebuah laporan OPEC awal bulan ini mengatakan seruan untuk menghentikan investasi pada proyek minyak baru adalah “salah arah” dan “dapat menyebabkan kekacauan energi dan ekonomi”.
Alhasil, memuncaknya permintaan pada 2030 memungkinkan bahwa akan adanya tren penurunan pada tahun-tahun setelahnya. Laporan IEA tampak menunjukkan kontras pandangan dengan kelompok produsen minyak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC), yang melihat permintaan minyak meningkat jauh setelah 2030 dan menyerukan triliunan investasi baru di sektor minyak.
Dalam Outlook Energi Dunia tahunan yang dirilis pada hari Selasa, IEA mengatakan puncak permintaan minyak, gas alam, dan batu bara terlihat pada dekade ini berdasarkan skenario yang didasarkan pada kebijakan pemerintah saat ini – yang merupakan pertama kalinya hal ini terjadi.